Oleh: Ariya Ilham | 11 Agustus 2009

Sesungguhnya Pendidikan Politik itu Dimulai dari Rumah

Setiap mau tidur harus cuci muka dan gosok gigi. Bangun tidur, lipat selimut sendiri. Itu adalah rules dari orangtua selaku pemegang otoritas keluarga.

Ternyata ketika pulang sekolah, karena orangtua tak di rumah, si anak melepas sepatu dengan menendang udara, lalu sepatu dan kaos kaki tergeletak entah di mana, sehingga pembantu pun kerepotan.

Soal sepatu dan kaos kaki itu mungkin rules dari ortu (misalnya kebiasaan si ayah), mungkin pula perlawanan si anak terhadap peraturan dan amar, namun bisa jadi itu hanyalah hukum yang diciptakan sendiri oleh si anak karena secara eksplisit belum ada peraturan khusus di rumah.

Kebetulan di rumah ada pihak yang lemah, dalam hal ini pembantu. Maka praktik lepas sepatu dan kaos kaki pun terus berulang.

Dalam lingkup kecil, masing-masing dari kita belajar tentang kuasa dan pengelolaan kepentingan di rumah.

Rumah adalah ruang yang memberikan proses belajar. Ketika tanggal muda, ayah dan ibu menanya anak-anaknya mau dining out di mana. Kakak dan adik berkompromi, lalu memutuskan sebuah tempat.

Orangtua tak langsung menolak tetapi menyodorkan argumentasi bahwa rute ke sana macet, bisa-bisa setiba di sana sudah last order.

Tanggal tua, ayah dan ibu menawarkan dua hal: makan murmer di mana atau memasak yang gampang tapi enak. Lagi-lagi kompromi, melalui adu argumentasi. Ketika hasilnya hanyalah pengayaan olah mi instan dengan tambahan isi kulkas, itu adalah hasil proses demokrasi.

Di rumah setiap orang belajar politik. Termasuk dari ayah yang tak terbantahkan setiap kali bilang, “Pokoknya….!” Pun dari ibu yang ketahuan sering memeriksa ponsel suami dan mencuri baca buku harian anaknya.

Politik bukan hanya soal partai dan pemilu. Politik di rumah juga bukan sekadar partisipasi. Di setiap keluarga ada norms and values, maka bisa saja membuang sampah di rumah itu ada tempatnya (sesuai kesepakatan internal), tetapi di luar rumah silakan menyampah semaunya — sampai ada yang protes.


Tanggapan

  1. hehehe…politik di mana-mana

    • Asal politik sehat az…
      Jangan sampai saling sikut…
      Hehehehe…


Tinggalkan komentar

Kategori