Oleh: Ariya Ilham | 29 Agustus 2010

Dahsyatnya Niat Puasa

Dalam kitab Safinah karya Syaikh Muhammad Nawawi disebutkan bahwa rukun puasa wajib bulan Ramadhan itu ada tiga. Pertama, berniat pada malam hari. Kedua, menjaga diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa. Ketiga, orang yang berpuasa.

Penjelasan tentang niat puasa, bahwasannya tempat niat itu dalam hati. Selanjutnya Syaikh Muhammad Nawawi menegaskan bahwa tidak sah niat seseorang yang hanya diucapkan secara lisan tanpa diikuti dengan hati. Segala ibadah dalam ajaran Islam berpangkal pada keutuhan niat, sebagaimana diataur dalam sebuah hadits masyhur yang diriwayatkan oleh Umar bin Khatab r.a. “Sesungguhnya segala amal itu bergantung kepada niat.”

Selanjutnya dalam Al Qur’an disebutkan :

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya (QS. Al Bayyinah : 5)

Yang dimaksud memurnikan ketaatan itu biasa kita kenal dengan istilah ikhlas. Syarat ikhlas dalam beribadah menjadi tolok ukur dikabukannya sebuah amal ibadah. Bagaimana tidak, bahwa seseorang buruh ketika melakukan satu pekerjaan dalam pandangan manusia saja akan dinilai dari tingkat keseriusan dan profesionalitasnya. Dengan demikian si majikan akan berani membayar mahal kepada setiap buruh kerja yang telah memberikan hasil yang memuaskan.

Bagaimana kedudukan niat dalam puasa fardlu? Apakah berniat puasa itu harus selalu dilafalkan dan dilaksanakan secara berjamaah? Bagaimana jika seseorang lupa mengucapkan niat puasa di malam hari? Apakah ada cara praktis agar tidak kelupaan berniat puasa di malam hari?

Kedudukan niat dalam puasa fardlu memegang peranan yang sangat penting, bukan sebatas konsep teoretis akan tetapi hal ini dapat dirasakan dalam praktik nyata. Hal ini dapat dibuktikan dengan sebuah pengalaman yang telah penulis rasakan. Bahwa stau hari di suatu pagi penulis bersarapan dengan sebuah kue surabi dan sebuah gorengan. Karena perut terasa sudah kenyang, berangkatlah ke kebun. Apa yang terjadi, sekita jam 9.30 badan tiba-tiba lemas gemetaran, lapar dan penglihatan berkunang-kunang. Bisa jadi hal ini terjadi mungkin karena faktor penyakit maag yang kambuh. Akan tetapi sugesti ini tidak sepenuhnya berlaku meyakinkan, karena yang pasti di hari-hari yang lain penulis berkali-kali mencoba untuk tidak makan apa-apa sama sekali di pagi hari, lantas dikuatkan dalam hati untuk berniat puasa maka justru yang terjadi menjadi kuat tak terjadi sesuatu apapun. Lantas dalam hal ini penulis penyadari bahwa betapa dahsyatnya sebuah niat, sehingga mampu meluluh-lantahkan segala kekuatan emosi, angan-angan hawa nafsu, ego dan keserakahan.

Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa tempat niat itu dalam hati, sedangkan melafalkan niat itu menurut sebagian pendapat hukumnya sunat. Sementara itu pengucapan niat yang dilaksanakan secara berjamaah jika ditinjau secara dasar hukum, tidak ada aturan yang menegaskannya. Namun demikian akan mendatangkan maslahat jika hal itu dilakukan secara berjamaah, biasanya dilakukan sesaat setelah usai melaksanakan shalat tarawih berjamaah. Kemaslahatan yang diperoleh antara lain bisa saling mengingatkan di antara jamaah muslimin yang ada bahwa besok hari akan dilaksanakan puasa fardlu.

Agar seseorang tidak kena lupa berniat puasa di malam hari, hendaklah ia melakukan hal-hal sebagai berikut :

  1. Selalu melaksanakan shalat tarawih, karena begitu seseorang mengejakan shalat tarawih (malah hari) sudah cukup niat dalam hati bahwa esok hari berpuasa. Tak ada shalat tarawih di selain bulan Ramadhan.
  2. Tidak meninggalkan makan sahur. Biarpun terasa malas atau apapun, makan sahur itu adalah ibadah. Dengan makan sahur, maka hati kita sudah terlarut dalam niat bahwa besok akan berpuasa.
  3. Tetaplah dalam komunitas jamaah muslim. Selama bulan suci Ramadhan aktifitas umat Islam tak pernah kosong, terutama di malam hari. Minimal satu sama lain akan saling mengingatkan, membangunkan sahur, terdengar alunan bacaan al Qur’an, dsb.

Lupa, adalah salah satu pembawaan manusia yang luput dari jeratan hukum Allah. Dalam sebuah hadits ditegaskan bahwa ada tiga hal yang apabila dikerjakan tidak akan tercatat dalam catatan amal, yakni anak kecil hingga ia menginjak dewasa, orang tidur hingga ia terbangunan, dan orang lupa hingga ia sadar. Dengan demikian, jika seseorang lupa tidak berniat puasa di malam hari, maka puasanya tetap harus dilanjutkan. Karena jangankan lupa niat, makan makanan karena lupa saat berpuasa itu tidak dianggap batal….wallahu a’lam.


Tinggalkan komentar

Kategori